Kamis, 30 November 2017

Opiniku tentang Pendekatan (PDKT) yang Baik [delete soon]

[Sidoarjo, 1 Desember 2017, 01:54 WIB]

pagi ini aku iseng liat timeline line (padahal biasanya jarang banget). ada salah satu tulisan yang cukup menarik perhatianku. isinya berupa ungkapan seorang cowo yang letih menjadi baik karena pengalaman buruk yang dia terima ketika usahanya mendekati doi tidak direspon. ada beberapa statement yang dilontarkan dalam tulisan tersebut:

1. cewe didekati cowo baik-baik ngga dihargain. padahal usahanya udah maksimal sampe belain waktu, tenaga dan uang.
2. cewe suka deketin cowo badboy yang katanya cool
3. cewe kalo disakitin cowo badboy lgsg stereotipe semua cowo sama aja.
4. cowo-cowo baik kesal dan memilih menjadi badboy dan mempermainkan cewe aja.

untuk para cowo yg merasa sudah sangat berjuang untuk seorang cewe, mungkin aku mewakili teman-teman cewe yang nanti boleh saja setuju dengan opiniku, mengucapkan terima kasih atas apapun yang telah kalian usahakan. kami sangat mengapresiasi usaha kalian.

kalau aku boleh berpendapat, sebenernya bukan dari sebesar dan sebanyak apa pengorbanan dalam hubungan. tetapi dalam sebuah hubungan, sepertinya hanya rasa nyaman dan kepercayaan yang dicari setiap kita. sebanyak dan sebesar apapun pengorbanan gak bakal ada maknanya kalo kalian ga tulus dan tidak bisa membangun kenyamanan dan kepercayaan pasangan. jadi bukan melulu soal badguy atau goodguy tapi tentang bagaimana perasaan yg dibangun dr kenyamanan dan kepercayaan.

sharing nih, sekarang aku lagi deket sm cowo. belum jadian si, tp buat aku, kami sudah sangat dekat. dulu aku pas ngeliat dia, ngga ada kepikiran sama sekali buat suka. aku org nya bosenan banget sedangkan dia monoton banget tampilan nya. awal dia deketin aku, aku respon biasa aja. bahkan ada pikiran mau ku comblangin ke sahabatku. apa yg dia lakuin buat aku? dia ngga inisiatif buat antar-jemput aku, nggak inisiatif ngajak aku jalan tiap malam minggu, apalagi beliin ini itu biar aku seneng. yg dia lakuin cuma satu: kasih waktu buat dengerin aku cerita. dia seakan ngerti yang aku butuhin bukan jalan-jalan dsb. tapi ada kebutuhan untuk didengarkan.

dia jarang banget ngelakuin hal-hal romantis. dia hanya membackup aku ketika aku benar-benar butuh bantuannya. selebihnya, dia percaya aku bisa jalanin sendiri. dia ngga memaksakan diri untuk memberikan pengorbanan yang tidak aku butuh. dia tahu kapasitas memberi perhatian sehingga kami tidak ada yg terbebani. yg aku percaya cuma satu, sepertinya perasaan kami sudah nyaman, meskipun belum ada yg benar-benar mengungkapkannya saat ini.

jadi kesimpulan nya, cewe bukan tidak menghargai usaha pengorbanan cowo yg mendekati, tetapi belum punya rasa nyaman dan kepercayaan. buat semua yang mau pdkt, yuk rubah mindset. kebaikan mu sangat diperlukan buat membangun rasa nyaman dan kepercayaan. yg perlu dilakukan hanya pahami kebutuhan paling penting dari pasangan dan tahu kapasitas berkorban yg pas untuk kalian berdua.

yah, segini aja opiniku tentang ini. kalo ada kesalahan mohon maaf sebesar-besarnya. mungkin kalo ada yg mau menanggapi sebelum post ini dihapus, monggo hehe :)

-nv-

Minggu, 08 Oktober 2017

Tentang Penulis

Salam Sahabat Pumbaa!
Pepatah mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Maka dari itu sekarang saya akan memperkenalkan diri secara singkat agar bisa disayang Sahabat Pumbaa.

Saya Naomi Victoria, gadis kecil kelahiran 5 Juni 1997 di Surabaya yang suka sekali bermimpi. Cita-cita ingin menjadi penyiar radio, berkuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Swasta di Surabaya jurusan Jurnalistik. Karena masih kecil dan ngga besar-besar, jadi lebih cenderung bebas dan tidak bisa dikekang. Begitu pula mungkin nampak terlihat di setiap postingan saya.

Pumbaastories dibuat bukan karena saya mampu untuk menulis, tetapi jauh karena saya ingin meluapkan apa yang ingin saya utarakan lewat tulisan. Saya tak menuntut diri saya agar dapat menulis karena paksaan tetapi kemauan diri sendiri. Benar atau salah menjadi relatif untuk saya. Bukan kah hidup ini juga relatif? 

Sebagian besar (mungkin bisa jadi semua kayaknya, hehe) berdasarkan pengalaman pribadi saya. Mungkin karena menulis berdasarkan pengalaman pribadi itu lebih dapat penghayatan nya. Tak bisa dipungkiri juga meskipun menuliskan pengalaman pribadi, tetapi banyak sosok yang menjadi patokan belajar, yang paling berpengaruh adalah Teater Rumpun Padi yang sudah menemani saya selama beberapa tahun ini.
Sekali lagi, saya selamanya tidak akan mampu. tapi saya tetap berusaha belajar dan tetap untuk menulis. Kata Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

-N-

Sabtu, 07 Oktober 2017

Contact

Sahabat Pumbaa bisa mengirimkan kritik, saran dan pertanyaan di:
Instagram: speigelei
Line : naomivictoriaa
Email : naomivictoria.ey@gmail.com
Salam
-N-

Tentang Cerita Pumbaa

Selamat datang di dunia Pumbaa!

Dalam Blog ini, penulis akan menuliskan segala apa yang mampu diolah oleh penulis. Hasil karya yang dimunculkan dapat berupa Puisi, Cerita Pendek dan Review Buku. Genre nya pun beragam, sesuai dengan apa yang ingin dituliskan.

Penulis sangat mengapresiasi jika terdapat Sahabat Pumbaa yang ingin mengirimkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat berkarya lebih giat lagi. Atau, mungkin juga jika ada pertanyaan yang mau ditanyakan. Sahabat Pumbaa bisa mengirimkan kritik, saran dan pertanyaan di menu CONTACT yang menginformasikan kontak penulis.

Untuk mengenal penulis lebih jauh, Sahabat Pumbaa dapat membuka menu ABOUT. Disana akan dijelaskan secara singkat tentang penulis.

Tak perlu berpanjang-panjang mengawali, selamat membaca Sahabat Pumbaa!

-N-

Senin, 18 September 2017

Menerka Alam

Saat menikmati perjalanan di dalam kereta,
senja adalah hal yang dinanti seorang pemudi
Sengaja memesan tempat duduk tepat disamping jendela,
sembari memotret dengan ponselnya
Tak lupa dilanjutkan dengan mendengar lagu patah hati,
dengan tersedu-sedu

Semburat jingga, violet dan merah jambu,
tak sedikitpun luput dari bola mata
Matahari turun perlahan menyinari rumpun padi yang menguning
Hanya itu cerita yang ingin ia tahu,
hanya itu gambar yang ingin ia rekam

Ia akan tertidur dengan lelap,
ketika masa senja berlalu hari itu
Baginya sudah cukup menerka alam saat ini
Tak ada cahaya menurutnya
Matanya enggan dipaksa mencari
ngilu dan memaksa untuk terlelap

Aku adalah salah seorang pemudi,
yang juga sengaja memesan tempat disamping jendela
Tak terbesit menanti senja,
malah menanti petang akan segera menutupnya

Aku melihat cahaya remang,
berusaha menerangi rumah-rumah disepanjang jalan
Aku menerka pohon apa saja yang tumbuh disekitar rumah-rumah itu,
sembari menerka seberapa rindu seorang cucu,
yang sudah berulang kudengar suaranya dari ponsel seorang nenek didekatku

Kemranjen-Kroya, 19 September 2017

Kamis, 14 September 2017

Berteriak

Celanaku tiba-tiba robek
Padahal aku sudah di separuh perjalanan
Kuputuskan kembali pulang
Meminta Ibu menjahit dengan kuat

Ibu memintaku menunggu agak lama
Adik merengek meminta gula-gula
Ibu tak bisa menolak dan segera bergegas

Ku bisikkan sesuatu pada adikku
Ku katakan Ibu tak akan membelikannya
Ia berteriak kepada Ibu, meminta
Kembali ku berbisik
Semakin kencang teriakan nya
Kuulang kembali
Teriakannya semakin menjadi
Berulang-ulang berteriak dan menangis
Ia tak melihat Ibu memukulku

Ku terpejam dan tertawa tak berhenti,
setelah Ibu dan adik pergi
Tak lama kulihat cermin disebrangku
Ia pun ikut tertawa di depanku

Surabaya, 14 September 2017

Sabtu, 26 Agustus 2017

Sarapan Pagi Ini

Hari ini ibu mengajakku sarapan
Tak seperti biasa, kami berhenti di lapak kecil penjual soto ayam
hanya sepetak, dibelakang pertokoan tempat ibu bekerja
Bersama-sama mereka, yang tak sempat membuat sarapan dirumah

Telingaku tak hentinya terbuka, tak tersumpal pengeras suara
Kudengar beberapa pegawai wanita disampingku
Mereka mengunyah dengan lahap
Sembari saling bercerita upah yang akan selalu habis ketika baru saja diterima

Tak lama seorang ibu datang membeli untuk dibawa pulang
Bersama anaknya yang masih muda, dengan seragam masih rapi
Tanpa henti gadis itu bercerita dengan ibunya
Tentang cita-cita nya menjadi seorang sastrawan

Soto kami pun datang
Asapnya masih mengepul
Membentuk embun kacamataku
Segera kubersihkan, dan kulihat sekelilingku
Kulihat muram memenuhi meja kami

Satu hal yang dapat kutangkap
Senyuman yang tertuang dalam semangkuk soto
Akan membuat kami akan tetap lahap dan kenyang

Ketintang, 26 Agustus 2017

Sabtu, 01 Juli 2017

Sudut Pandang

Ada rumput, kursi, lampu taman dan banyak manusia
Seorang pria membawa 2 lembar kertas koran
Ditata diatas rumput dibawah lampu taman, lalu diduduki nya

Gadis yang berdiri tak jauh dari pria itu berbisik kepada ibunya, "sepertinya aku lapar ibu."

Sambil mengunyah permen karet, seorang anak lelaki di belakang gadis itu berteriak, "mengapa wanita selalu membicarakan apa yang bukan menjadi urusan nya!"

Seorang kakek mengejar cucunya yang berlari mendekati anak lelaki tersebut sambil terengah, "jangan mendekat, anak lelaki tersebut akan memukul orang yang berada didekatnya."

Wanita hamil yang sedang berjalan di pinggir taman itu menggenggam erat suaminya dan berkata, "aku tak akan membiarkan kebebasan anakku kelak dibatasi oleh ayah."

Pria yang duduk diatas koran termenung dalam hati, "mengapa semua orang mempermasalahkan aku yang sedang menduduki koran ini?"

Surabaya, 1 Juli 2017