Hari itu adalah hari Kartini
Banyak adik-adik sudah berdandan rapi
Mereka mengenakan baju-baju daerah yang rapi dan sedikit rumit
Wajah mereka di rias berlebihan, agar dianggap tampan dan cantik
Banyak adik-adik sudah berdandan rapi
Mereka mengenakan baju-baju daerah yang rapi dan sedikit rumit
Wajah mereka di rias berlebihan, agar dianggap tampan dan cantik
Banyak piala berjajar dimeja, diatas panggung
Ibu guru memintaku menyebutkan nama pemilik piala itu
Tak lama seorang adik menghampiriku di depan panggung
Dengan bersedih, air mukanya berharap
"Kak, aku mau pialanya." katanya pelan
Ibu guru memintaku menyebutkan nama pemilik piala itu
Tak lama seorang adik menghampiriku di depan panggung
Dengan bersedih, air mukanya berharap
"Kak, aku mau pialanya." katanya pelan
Aku tak tahu harus menjawab apa
Aku menjawabnya, sembari menjaga agar tak luka hatinya
Aku menjawabnya, sembari menjaga agar tak luka hatinya
Sesampainya dirumah, kuceritakan kisahku pada ibu
Ibu hanya terdiam, dan membelai rambutku dengan lembut
Ibu masih termenung, lama diam memakan waktunya
Ibu hanya terdiam, dan membelai rambutku dengan lembut
Ibu masih termenung, lama diam memakan waktunya
Ibu teringat pada kisah masa kecilku
Kala itu aku menunggu dengan sabar di depan panggung
Berharap dapat menari bersama teman-teman di malam natal
Ibu tau aku tak kan bisa, dia menggendongku dan menjauhkanku dari kerumunan teman-teman
Dan berjanji tak kan membawaku kembali hingga aku tahu mengapa aku hanya bisa menunggu
Kala itu aku menunggu dengan sabar di depan panggung
Berharap dapat menari bersama teman-teman di malam natal
Ibu tau aku tak kan bisa, dia menggendongku dan menjauhkanku dari kerumunan teman-teman
Dan berjanji tak kan membawaku kembali hingga aku tahu mengapa aku hanya bisa menunggu
Mendengarnya, diam ikut memakan waktuku
Kaca itu datang dengan sendirinya hadir
Memaksaku bercermin
Lalu menamparku perlahan namun cepat
Adik itu berbicara kepadaku
Menegur dengan bahasa yang lembut dan tidak bertele-tele
Kaca itu datang dengan sendirinya hadir
Memaksaku bercermin
Lalu menamparku perlahan namun cepat
Adik itu berbicara kepadaku
Menegur dengan bahasa yang lembut dan tidak bertele-tele
Piala
Aku masih mendambakannya
Tak jauh berbeda dengan adik
Aku masih merengek dan memohon untuk mendapatkan nya
Aku masih menunggu dengan berteriak dalam hati
Aku masih lupa untuk bercermin
Aku masih mendambakannya
Tak jauh berbeda dengan adik
Aku masih merengek dan memohon untuk mendapatkan nya
Aku masih menunggu dengan berteriak dalam hati
Aku masih lupa untuk bercermin
Sidoarjo, 24 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar