Selasa, 05 Juli 2016

Kembali (1)

Hari ini, di aula gedung didekat taman kota
Sudah terhias dengan dekorasi serba merah jambu
Aku telah menanti hari demi hari
Kini hariku sudah dimulai
Microphone dan tamu undangan hari ini, seakan menjadi saksi
Bagaimana dua insan yang telah bersatu
Menjadi satu daging yang utuh
Yang tak bisa terpisah oleh maut
Ya, aku merasa diriku menjadi begitu kuat
Ketika janji seolah menjadi pelindung jiwa
Kurasa maut takkan bisa menyentuh kami
Kunikmati setiap hembusan nafas yang terdengar dekat dari bibirku
Kunikmati setiap lekukan dan kecupan yang bertubi-tubi menghampiri
Aku bertingkah layaknya singa yang haus akan hutan
Tanpa sadar, aku masih terlalu dini untuk menguasai hutan
Tak lama berselang, aku mendapatkan harta yang ku mau
Harta yang tak semua orang mampu memilikinya
Aku menikmati setiap detik gerakan yang selalu muncul
Terkadang aku mengajaknya berbicara
Seakan dia telah memiliki telinga sempurna untuk mendengarkanku
Semua orang berduyun duyun untuk mendengarkan nya
Seakan dia telah memiliki bibir untuk melantunkan sebuah nada
Dan akhirnya, hari ini, hujan badai pun datang
Dimana seharusnya dia telah mampu merasakan hangatnya matahari
Tetapi, dia hadir dengan dingin, ditambah dengan derai air mataku
Dia tak menendang, dia tak mendengar
Bahkan aku belum sempat mendengar ceritanya
Wahai maut yang bijaksana, mengapa kau tak mengambilku
Jika tidak, mengapa kau mengambilnya?
Apakah janji itu hanya berlaku untuk kami yang mampu mengikral kan janji itu?
Dan tak berguna untuk malaikat yang tak pernah kau beri kesempatan untuk mengucap janjinya?
Dia kembali
Ketika aku belum sempat memeluk tubuhnya erat setiap malam
Dia kembali
Kepada cinta yang memberikan nya nafas hidup
Dia kembali
Memanggil jiwa yang lain untuk hadir dalam hariku
Mungkin tak hari ini
Tapi pasti ketika jiwaku telah berdiri tegak dan bersiap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar