Senin, 18 September 2017

Menerka Alam

Saat menikmati perjalanan di dalam kereta,
senja adalah hal yang dinanti seorang pemudi
Sengaja memesan tempat duduk tepat disamping jendela,
sembari memotret dengan ponselnya
Tak lupa dilanjutkan dengan mendengar lagu patah hati,
dengan tersedu-sedu

Semburat jingga, violet dan merah jambu,
tak sedikitpun luput dari bola mata
Matahari turun perlahan menyinari rumpun padi yang menguning
Hanya itu cerita yang ingin ia tahu,
hanya itu gambar yang ingin ia rekam

Ia akan tertidur dengan lelap,
ketika masa senja berlalu hari itu
Baginya sudah cukup menerka alam saat ini
Tak ada cahaya menurutnya
Matanya enggan dipaksa mencari
ngilu dan memaksa untuk terlelap

Aku adalah salah seorang pemudi,
yang juga sengaja memesan tempat disamping jendela
Tak terbesit menanti senja,
malah menanti petang akan segera menutupnya

Aku melihat cahaya remang,
berusaha menerangi rumah-rumah disepanjang jalan
Aku menerka pohon apa saja yang tumbuh disekitar rumah-rumah itu,
sembari menerka seberapa rindu seorang cucu,
yang sudah berulang kudengar suaranya dari ponsel seorang nenek didekatku

Kemranjen-Kroya, 19 September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar